Rabu, 04 Januari 2012

PENGELOLAAN KELAS YANG BAIK MENUJU PENDIDIKAN BERKUALITAS

Pada saat tahun ajaran baru  pembukaan penerimaan murid dibuka oleh berbagai sekolah baik tingkat dasar maupun pendidikan tinggi. Banyak sekolah-sekolah yang mempromosikan sekolahnya dan "mau dianggap bermutu dengan mematok nilai" sebagai sanadar penerimaan. Di samping itu mematok nilai ijazah yang asli artinya lulus murni saat UN berlangsung. Maka bila para siswa siswi yang tidak memenuhi standar ini yang diberikan dan ijazah yang tanpa embel-embel "pake C" otomatis calon siswa tersebut tidak bisa masuk sekolah yang ia tuju. 

Berbeda halnya dengan sekolah tertentu yang menerima  siswa tanpa memandang nilai atau ijazah apa semua dierima selagi masih ada ruang kelas. Namun demikian 3 tahun kemudian sekolah yang tanpa mematok standar nilai dan ijazah "pake C" mampu menghasilkan lulusan yang baik. Menjadi pertanyaan adalah sistem pembelajaran seperti apa yang digunakan sekolah tersebut sehingga mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu menanggapi tantangan zaman?

Proses Pembelajaran 
Suatau sistem pendidikan dikatakan berkualitas jika proses pembelajaran berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar  sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang berkualitas akan menghasilakan pendidikan yang berkualitas pula dan dengan demikian akan makin meningkatkan kualitas kehidupan.

Dalam pendidikan di sekolah, ada alur yang searah dan sebanding antara input pendidikan, proses pembelajaran, dan hasil pembelajaran (output). Proses pembelajaran yang berkualitas adalah proses pembelajaran yang memberi perubahan atas input menuju output (hasil) yang lebih baik dari sebelumnya. Maka dari itu pembenahan yang menyeluruh dan sistematis perlu dilakukan terhadap input, proses, termasuk di dalamnya sistem evaluasi pendidikan sehingga dapat menjamin terciptanya kualitas hasil yang tinggi dan merata. 

Dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas perlu pembelajaran yang menarik, menantang, tenang dan berkelanjutan. Tentunya dengan pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan manusia-manusia dengan sumber daya yang unggul yang dapat menguasai pengetahuan, ketreampilan, dan keahlian sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi. Pendidikan menjadi bermutu tidak lepas dari guru sebagai ujung tombakdalam melaksanakan misi pendidikan di lapangan. 

Guru sebagai pendidik di sekolah adalah profesi yang sangat istimewa dibandingakan dengan pekerjaan lain. Sebab guru mampu memberikan pengetahuan, motivasi, wawasan dalam menghadapi kemajuan zaman. Profesi pendidik memiliki misi, pengabdian, bahkan merupakan suatu ibadah yang memiliki nilai lebih bila dibandingkan dengan jabatan atau profesi lainnya. Pendidik (guru) adalah sebuah jabatan profesional yang memiliki visi, misi, dan aksi yang khusus sebagai pemeran utama dalam pengembangan manusia sebagai sumber daya. 

Tiga Pendekatan Pendidikan 
Menurut Dr. Retno Harsanto, M. Si. "Pradigma Baru Pembelajaran Menuju Kompetensi Siswa" mengatakan bahwa, ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kualitas pendidikan yaitu : 
  1. Pendekatan Substansi Pendidikan (Content Aproach), pendekatan ini menekankan peningkatan pendidikan ditentukan oleh terjadinya perubahan tingkah laku yang perlu dicapai oleh peserta didk. Pendekatan ini mengesampingkan pengajaran yang banyak menghafal, yang bersifat artifisal, atau memisahkan dari kehidupan lingkungan. Dan mengesampingkan pengajaran yang selalu didominasi oleh guru sehingga menjadikan pembelajaran kurang menarik dan membosankan. Dengan pendekatan substansi pendidikan mau menekankan kemampuan membaca (menyerap informasi melalui bacaan dan ruang), menulis (menuangkan gagasan melalui tulisa atau lisan), mendengar dan menyimak ( menyerap informasi melalui pengamatan dan pendengaran),serta mengenal permasalahan lingkungan agar dapat berlatih untuk memecahkannya. 
  2. Pendekatan Teknis Pendidikan (Technical Aproach), pendekatan ini menekankan kualitas pendidikan dilakukan melalui pendekatan belajar tuntas (mastery learning). Pendekatan ini mensyaratkan para peserta didik untuk dapat belajar pada setiap tahapanhingga mencapai tahap penguasaan tinggi. Dalam artian bahwa sebelum menguasai tahap belajar tertentumereka tidak boleh mengikuti kegiatan belajar tahap berikutnya. Hal ini tentunya sudah ada di dalam pendidikan perguruan tinggi. 
  3. Pendekatan Pengelolaan Pendidikan ( Managerial Aproach), pendekatan ini menekankan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui penguatan kemampuan setiap satuan lembaga dalam menerapakan strategi khusus secara mandiri. Melalui manajemen berbasis sekolah (School Based Management), misalnya pemimpin sekolah diberikan tanggung jawab sepenuhnya untuk meneliti, mengkaji, dan memahami permasalahan mengenai alokasi dan pendayagunaan daya pendidikan secara optimal (guru, tenaga lainnya , sarana prasrana, lingkungan, dan sebagainya), yang dapat menghambat proses belajar mengajar. Setealah memahami permasalahannya, kepala sekolah diberi keleluasaan untuk memutuskan apa yang terbaik bagi sekolahnya yakni dalam usaha meningkatkan prestasi belajar. Sebaiknya para guru pun diberi kesempatan untuk meneliti, mengkaji dan memahami permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat prestasi belajar siswa dan mencari solusi yang konsisten terhadap permasalahan yang dihadapi. 
Pada intinya menciptakan pendidikan yang berkualitas tergantung juga bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru sebagai ujung tombak dalam menenetukan maju mundurnya, berkualitas atau tidak berkualitasnya pendidikan. Maka dari itu guru harus menerapkan kurikulumberbasis kompetensi di kelas, antara lain menciptakan kondisi kelas, menumbuhkan kerjasama antar siswa, merancang pembelajaran, merancang kegiatan siswa, serta merancang dan mengemas alat evaluasi, agar menjadi alat yang mampu mendeteksi kemajuan siswa menyeluruh. Semoga.****
    















Tidak ada komentar:

Posting Komentar